Thursday, November 7, 2013

Manfaat Sehat Bisa Bicara Lebih dari 1 Bahasa

Bahasa apa saja yang Anda kuasai? Jika Anda bisa berbicara lebih dari satu bahasa, bersyukurlah, karena kemampuan Anda itu bisa memberikan manfaat sehat. Studi menyebut penguasaan lebih dari satu bahasa bisa menunda serangan demensia pada seseorang.

Dalam jurnal Neurology, peneliti menyebut orang yang menguasai dua bahasa atau berbagai macam bahasa terkena demensia 4,5 tahun lebih lambat ketimbang mereka yang hanya bisa bicara satu bahasa. Demikian dikutip dari NY Daily News, Kamis (7/11/2013).

Demensia mengacu pada beberapa gejala seperti hilangnya memori dan perhatian, kesulitan komunikasi, dan penurunan persepsi visual yang dihasilkan oleh kerusakan sel-sel otak. Alzheimer senagai jenis yang paling umum dari demensia merupakan penyebab utama kematian kelima orang Amerika yang berusia lebih dari 65 tahun. Penyakit ini juga diperkirakan mempengaruhi 5,2 juta orang.

Penulis studi tersebut, Dr Thomas Bak dari Scotland's University of Edinburgh mengatakan penelitian ini digelar tidak sekadar untuk mencari tahu dampak kemampuan berbahasa pada Alzheimer, tetapi juga jenis demensia lainnya, termasuk pembuluh darah dan demensia frontotemporal. Mereka yang memiliki kemampuan bahasa lebih dari satu, kata Bak, selalu berlatih semacam senam otak untuk menggunakan kata yang benar saat menggunakan suatu bahasa dan 'menekan' bahasa lainnya. Nah, hal ini merangsang berbagai bagian otak untuk aktif sepanjang hidupnya.

Penelitian tersebut melibatkan 648 pasien demensia di Hyderabad, India, di mana tempat tersebut menjadi titik percampuran budaya sehingga membuat warganya berbicara dua atau lebih bahasa, terlepas dari tingkat pendidikannya. Mereka yang terlibat dalam studi adalah yang sudah lama tinggal di Hyderabad dan telah terpapar bahasa lokal seperti Hindi, Telugu dan Dakkhini. Rata-rata usia peserta penelitian adalah 62,2 tahun. Lebih dari setengah peserta studi adalah orang-orang yang berbicara dua atau lebih bahasa.

Peneliti juga mewawancarai anggota keluarga dan pengasuh untuk menentukan kapan gejala pertama demensia mulai muncul. Untuk penutur bilingual, rata-rata mereka terkena demensia di usia 65,6 tahun. Sementara itu orang yang hanya menguasai satu bahasa terkena demensia di usia 61,1 tahun.

"Kita bisa katakan bahwa kemunculan onset demensia bukanlah efek dari imigrasi orang-orang tersebutr," ujar Bak. "Ada pengaruh yang diberikan bahasa kepada diri mereka," imbuhnya.

Menurutnya, orang yang bisa bicara lebih dari dua bahasa tidak lantas lebih terlindungi dari demensia. Untuk mendapat manfaat sehat dari kemampuan bilingual juga tidak perlu bicara bahasa kedua secara fasih. Bisa mengekspresikan diri melalui bahasa yang dikuasainya saja sudah cukup.

Bak menyebut kemampuan berbahasa tidak harus selalu didapat dari sekolah, sebab di India, seseorang bisa belajar bahasa lain di jalanan. Karena itu, tidak benar jika manfaat sehat kemampuan berbicara dua bahasa hanya bisa didapat oleh mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Orang-orang yang mempelajari bahasa kedua saat dewasa juga diyakini masih bisa mendapat manfaat sehat bagi otaknya.

No comments:

Post a Comment